Rencana dan Strategi Baru

"Muka lusuh, rambut acak-acakan, pikiran g karuan. Enek opo to chim? Aku ngerti kowe lagi frustasi" kalimat yang muncul dari wahyu hadi Saputra (teman kuliah). 
Terimakasih atas perhatiannya. Hehehehe.
Lebih tepatnya bukan frustasi, tapi lagi sedih saja. Kenapa? (pertanyaannya akan terjawab nanti)

Ya, tamparan keras dari semester genap tahun ajaran 2010/2011atau semsester VI saya kuliah. Di dalam blog ini saya akan berbagi.
Terakhir lihat nilai di portal nilai sudah keluar empat mata kuliah dengan bobot 12 SKS masih kurang 12 SKS lagi. Rasanya seperti g percaya saja, ternya dari 4 mata kuliah itu nilainya berurutan mulai dari A samapi D, ya A, B, C, dan D. Mengerikan sekali. IP menunjukkan angka 2.50.
Sepertinya mau menangis saja, hati ini bertanya - tanya:" Ke mana saja engkau ini?"
Grafik nilai yang ditunjukkan mulai dari semester III.
IP semester I 3.33
Semeseter II 3.67
Semester III 3.62
Semester IV 3.00
Semeseter V 3.08
Semester VI 2.50 (IP sementara)

Mengerikan sekali. Mengetahui keadaan ini saya langsung instropeksi diri. Apa yang telah saya lakukan?
Yang jelas saya tidak mungkin larut dalam kesedihan ini, menengok sekitar 1 sampai 4 tahun yang lalu saya adalah juara.(Bukan berarti sombong, hanya menghibur diri).

Yang lalu biarlah berlalu karena hidup ini terus berjalan. Yang harus saya lakukan adalah kembali fokus pada tujuan hidup dan massa depan. Sudah saatnya untuk menyusun strategi baru. Siapkan semangadh baru, dan fikiran yang baru.
Bertawakkal kepada Allah Ta'ala. Semoga diberi kemudahan.

Alhamdulillah [1]

Alhamdulillah, segala puji syukur hanya milik Allah Ta'ala.
Ujian Akhir Semester VI telah terlewati. Kini saatnya untuk menunggu keluarnya nilai dari masing - masing mata kuliah. Seperti menunggu hasil keputusan dari sang hakim kepada sang terdakwa. Berharap- harap cemas.


Hmmm, Update terakhir sih udah ada 3 mata kuliah yang keluar nilainya dengan bobot 9 sks. Nilainya lengkap deh, A, B, dan C. hehehe. Ya saya syukuri saja.

Ada beberapa point yang menyebabkan kenapa nilai saya menjadi seperti ini.
Yang pertama takdir Allah. Jelas sekali bahwasannya apa yang terjadi pada diri kita ini merupakan tetapan dari Allah Ta'ala. Bukan berarti kita harus pasrah. Melainkan kita semua harus tawakkal.
yang ke dua jarang belajar mulai semester IV lalu kemauan untuk belajar saya sangat menurun. Mungkin Terlalu disibukkan dengan kegiatan non akademik.
Prinsip saya, apa yang terjadi pada diri kita hanyalah suatu proses untuk mengantarkan diri kita menuju ke arah yang lebih baik selama kita selalu berusaha menuju kebaikan melalui ilmu.

Sepertinya dua alasan itu sudah cukup deh. Semoga saja semester depan bisa lebih fokus. Amin

Pemuda yang Mendapat Naungan Allah

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

Seputar perawi hadits :

Hadits ini diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin ‘Amr bin Al Ash bin Wa’il bin Hasyim bin Su’aid bin Sa’ad bin Sahm As Sahmiy. Nama kunyah beliau Abu Muhammad, atau Abu Abdirrahman menurut pendapat lain. Beliau adalah salah satu diantara Al ‘Abaadilah (para shahabat yang bernama Abdullah, seperti ‘Abdullah Ibn Umar, ‘Abdullah ibn Abbas, dan sebagainya –pent) yang pertama kali memeluk Islam, dan seorang di antara fuqaha’ dari kalangan shahabat. Beliau meninggal pada bulan Dzulhijjah pada peperangan Al Harrah, atau menurut pendapat yang lebih kuat, beliau meninggal di Tha’if.

Poin kandungan hadits :

Pertama:

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menyampaikan perkara agama dari beliau, karena Allah subhanahu wa ta’ala telah menjadikan agama ini sebagai satu-satunya agama bagi manusia dan jin (yang artinya), “Pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu dan telah kusempurnakan bagimu nikmat-Ku dan telah aku ridhai Islam sebagai agama bagimu” (QS. Al Maidah : 3). Tentang sabda beliau, “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat”, Al Ma’afi An Nahrawani mengatakan, “Hal ini agar setiap orang yang mendengar suatu perkara dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersegera untuk menyampaikannya, meskipun hanya sedikit. Tujuannya agar nukilan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dapat segera tersambung dan tersampaikan seluruhnya.” Hal ini sebagaimana sabda beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Hendaklah yang hadir menyampaikan pada yang tidak hadir”. Bentuk perintah dalam hadits ini menunjukkan hukum fardhu kifayah.

Kedua:

Tabligh, atau menyampaikan ilmu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terbagi dalam dua bentuk :

Menyampaikan dalil dari Al Qur’an atau sebagiannya dan dari As Sunnah, baik sunnah yang berupa perkataan (qauliyah), perbuatan (amaliyah), maupun persetujuan (taqririyah), dan segala hal yang terkait dengan sifat dan akhlak mulia Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Cara penyampaian seperti ini membutuhkan hafalan yang bagus dan mantap. Juga cara dakwah seperti ini haruslah disampaikan dari orang yang jelas Islamnya, baligh (dewasa) dan memiliki sikap ‘adalah (sholeh, tidak sering melakukan dosa besar, menjauhi dosa kecil dan menjauhi hal-hal yang mengurangi harga diri/ muru’ah, ed). Menyampaikan secara makna dan pemahaman terhadap nash-nash yang ada. Orang yang menyampaikan ilmu seperti ini butuh capabilitas dan legalitas tersendiri yang diperoleh dari banyak menggali ilmu dan bisa pula dengan mendapatkan persaksian atau izin dari para ulama. Hal ini dikarenakan memahami nash-nash membutuhkan ilmu-ilmu lainnya, di antaranya bahasa, ilmu nahwu (tata bahasa Arab), ilmu-ilmu ushul, musthalah, dan membutuhkan penelaahan terhadap perkataan-perkataan ahli ilmu, mengetahui ikhtilaf (perbedaan) maupun kesepakatan yang terjadi di kalangan mereka, hingga ia mengetahui mana pendapat yang paling mendekati dalil dalam suatu masalah khilafiyah. Dengan bekal-bekal ilmu tersebut akhirnya ia tidak terjerumus menganut pendapat yang ‘nyleneh’.

Ketiga:

Sebagian orang yang mengaku sebagai da’i, pemberi wejangan, dan pengisi ta’lim, padahal nyatanya ia tidak memiliki pemahaman (ilmu mumpuni) dalam agama, berdalil dengan hadits “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat”. Mereka beranggapan bahwasanya tidak dibutuhkan ilmu yang banyak untuk berdakwah (asalkan hafal ayat atau hadits, boleh menyampaikan semau pemahamannya, ed). Bahkan mereka berkata bahwasanya barangsiapa yang memiliki satu ayat maka ia telah disebut sebagai pendakwah, dengan dalil hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tersebut. Menurut mereka, tentu yang memiliki hafalan lebih banyak dari satu ayat atau satu hadits lebih layak jadi pendakwah.

Pernyataan di atas jelas keliru dan termasuk pengelabuan yang tidak samar bagi orang yang dianugerahi ilmu oleh Allah. Hadits di atas tidaklah menunjukkan apa yang mereka maksudkan, melainkan di dalamnya justru terdapat perintah untuk menyampaikan ilmu dengan pemahaman yang baik, meskipun ia hanya mendapatkan satu hadits saja. Apabila seorang pendakwah hanya memiliki hafalan ilmu yang mantap, maka ia hanya boleh menyampaikan sekadar hafalan yang ia dengar. Adapun apabila ia termasuk ahlul hifzh wal fahm (punya hafalan ilmu dan pemahaman yang bagus), ia dapat menyampaikan dalil yang ia hafal dan pemahaman ilmu yang ia miliki. Demikianlah sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Terkadang orang yang disampaikan ilmu itu lebih paham dari yang mendengar secara langsung. Dan kadang pula orang yang membawa ilmu bukanlah orang yang faqih (bagus dalam pemahaman)”. Bagaimana seseorang bisa mengira bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan orang yang tidak paham agama untuk mengajarkan berdasarkan pemahaman yang ia buat asal-asalan (padahal ia hanya sekedar hafal dan tidak paham, ed)?! Semoga Allah melindungi kita dari kerusakan semacam ini.

Diterjemahkan dari : “Ta’liqat ‘ala Arba’ina Haditsan fi Manhajis Salaf” Syaikh Ali bin Yahya Al Haddadi (http://haddady.com/ra_page_views.php?id=299&page=24&main=7)

Penerjemah: Yhouga Ariesta

Editor: M. A. Tuasikal

Artikel www.muslim.or.id

Lalai untuk Belajar Islam

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Tuntunan zaman dan semakin canggihnya teknologi menuntut generasi muda untuk bisa melek akan hal itu. Sehingga orang tua pun berlomba-lomba bagaimana bisa menjadikan anaknya pintar komputer dan lancar bercuap-cuap ngomong English. Namun sayangnya karena porsi yang berlebih terhadap ilmu dunia sampai-sampai karena mesti anak belajar di tempat les sore hari, kegiatan belajar Al Qur’an pun dilalaikan. Lihatlah tidak sedikit dari generasi muda saat ini yang tidak bisa baca Qur’an, bahkan ada yang sampai buku Iqro’ pun tidak tahu.
Merenungkan Ayat
Ayat ini yang patut jadi renungan yaitu firman Allah Ta’ala,
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. Ar Ruum: 7)
Ath Thobari rahimahullah menyebutkan sebuah riwayat dari Ibnu ‘Abbas yang menerangkan mengenai maksud ayat di atas. Yang dimaksud dalam ayat itu adalah orang-orang kafir. Mereka benar-benar mengetahui berbagai seluk beluk dunia. Namun terhadap urusan agama, mereka benar-benar jahil (bodoh). (Tafsir Ath Thobari, 18/462)
Fakhruddin Ar Rozi rahimahullah menjelaskan maksud ayat di atas, “Ilmu mereka hanyalah terbatas pada dunia saja. Namun mereka tidak mengetahui dunia dengan sebenarnya. Mereka hanya mengetahui dunia secara lahiriyah saja yaitu mengetahui kesenangan dan permainannya yang ada. Mereka tidak mengetahui dunia secara batin, yaitu mereka tidak tahu bahaya dunia dan tidak tahu kalau dunia itu terlaknat. Mereka memang hanya mengetahui dunia secara lahir, namun tidak mengetahui kalau dunia itu akan fana.” (Mafatihul Ghoib, 12/206)
Penulis Al Jalalain rahimahumallah menafsirkan, “Mereka mengetahui yang zhohir (yang nampak saja dari kehidupan dunia), yaitu mereka mengetahui bagaimana mencari penghidupan mereka melalui perdagangan, pertanian,  pembangunan, bercocok tanam, dan selain itu. Sedangkan mereka terhadap akhirat benar-benar lalai.” (Tafsir Al Jalalain, hal. 416)
Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi hafizhohullah menjelaskan ayat di atas, “Mereka mengetahui kehidupan dunia secara lahiriah saja seperti mengetahui bagaimana cara mengais rizki dari pertanian, perindustrian dan perdagangan. Di saat itu, mereka benar-benar lalai dari akhirat. Mereka sungguh lalai terhadap hal yang wajib mereka tunaikan dan harus mereka hindari, di mana penunaian ini akan mengantarkan mereka selamat dari siksa neraka dan akan menetapi surga Ar Rahman.” (Aysarut Tafasir, 4/124-125)
Lalu Syaikh Abu Bakr Al Jazairi mengambil faedah dari ayat tersebut, “Kebanyakan manusia tidak mengetahui hal-hal yang akan membahagiakan mereka di akhirat. Mereka pun tidak mengetahui aqidah yang benar, syari’at yang membawa rahmat. Padahal Islam seseorang tidak akan sempurna dan tidak akan mencapai bahagia kecuali dengan mengetahui hal-hal tersebut. Kebanyakan manusia mengetahui dunia secara lahiriyah seperti mencari penghidupan dari bercocok tanam, industri dan perdagangan. Namun bagaimanakah pengetahuan mereka terhadap dunia yang batin atau tidak tampak, mereka tidak mengetahui. Sebagaimana pula mereka benar-benar lalai dari kehidupan akhirat. Mereka tidak membahas apa saja yang dapat membahagiakan dan mencelakakan mereka kelak di akhirat. Kita berlindung pada Allah dari kelalaian semacam ini yang membuat kita lupa akan negeri yang kekal abadi di mana di sana ditentukan siapakah yang bahagia dan akan sengsara.” (Aysarut Tafasir, 4/125)
Itulah gambaran dalam ayat yang awalnya menerangkan mengenai kondisi orang kafir. Namun keadaan semacam ini pun menjangkiti kaum muslimin. Mereka lebih memberi porsi besar pada ilmu dunia, sedangkan kewajiban menuntut ilmu agama menjadi yang terbelakang. Lihatlah kenyataan di sekitar kita, orang tua lebih senang anaknya pintar komputer daripada pandai membaca Iqro’ dan Al Qur’an. Sebagian anak ada yang tidak tahu wudhu dan shalat karena terlalu diberi porsi lebih pada ilmu dunia sehingga lalai akan agamanya. Sungguh keadaan yang menyedihkan.
Bahaya Jahil akan Ilmu Agama
Kalau seorang dokter salah memberi obat karena kebodohannya, maka tentu saja akan membawa bahaya bagi pasiennya. Begitu pula jika seseorang jahil atau tidak paham akan ilmu agama, tentu itu akan berdampak pada dirinya sendiri dan orang lain yang mencontoh dirinya.
Allah telah memerintahkan kepada kita untuk mengawali amalan dengan mengetahui ilmunya terlebih dahulu. Ingin melaksanakan shalat, harus dengan ilmu. Ingin puasa, harus dengan ilmu. Ingin terjun dalam dunia bisnis, harus tahu betul seluk beluk hukum dagang. Begitu pula jika ingin beraqidah yang benar harus dengan ilmu. Allah Ta’ala berfirman,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ
“Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu” (QS. Muhammad: 19). Dalam ayat ini, Allah memulai dengan ‘ilmuilah’ lalu mengatakan ‘mohonlah ampun’. Ilmuilah yang dimaksudkan adalah perintah untuk berilmu terlebih dahulu, sedangkan ‘mohonlah ampun’ adalah amalan. Ini pertanda bahwa ilmu hendaklah lebih dahulu sebelum amal perbuatan.
Sufyan bin ‘Uyainah berdalil dengan ayat ini untuk menunjukkan keutamaan ilmu. Hal ini sebagaimana dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam Al Hilyah ketika menjelaskan biografi Sufyan dari jalur Ar Robi’ bin Nafi’ darinya, bahwa Sufyan membaca ayat ini, lalu mengatakan, “Tidakkah engkau mendengar bahwa Allah memulai ayat ini dengan mengatakan ‘ilmuilah’, kemudian Allah memerintahkan untuk beramal?” (Fathul Bari, Ibnu Hajar, 1/108)
Al Muhallab rahimahullah mengatakan, “Amalan yang bermanfaat adalah amalan yang terlebih dahulu didahului dengan ilmu. Amalan yang di dalamnya tidak terdapat niat, ingin mengharap-harap ganjaran, dan merasa telah berbuat ikhlas, maka ini bukanlah amalan (karena tidak didahului dengan ilmu, pen). Sesungguhnya yang dilakukan hanyalah seperti amalannya orang gila yang pena diangkat dari dirinya.“ (Syarh Al Bukhari libni Baththol, 1/144)
Gara-gara tidak memiliki ilmu, jadinya seseorang akan membuat-buat ibadah tanpa tuntunan atau amalannya jadi tidak sah. Jika seseorang tidak paham shalat, lalu ia mengarang-ngarang tata cara ibadahnya, tentu ibadahnya jadi sia-sia. Begitu pula mengarang-ngarang bahwa di malam Jumat Kliwon dianjurkan baca surat Yasin, padahal nyatanya tidak ada dasar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka amalan tersebut juga sia-sia belaka. Begitu pula jika seseorang berdagang tanpa mau mempelajari fiqih berdagang terlebih dahulu. Ia pun mengutangkan kepada pembeli lalu utangan tersebut diminta diganti lebih (alias ada bunga). Karena kejahilan dirinya dan malas belajar agama, ia tidak tahu kalau telah terjerumus dalam transaksi riba. Maka berilmulah terlebih dahulu sebelum  beramal. Mu’adz bin Jabal berkata,
العِلْمُ إِمَامُ العَمَلِ وَالعَمَلُ تَابِعُهُ
Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.” (Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15)
Beramal tanpa ilmu membawa akibat amalan tersebut jauh dari tuntunan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, akhirnya amalan itu jadi sia-sia dan tertolak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718)
Kerusakanlah yang ujung-ujungnya terjadi bukan maslahat yang akan dihasilkan. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata,
مَنْ عَبَدَ اللهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ
Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.”  (Al Amru bil Ma’ruf, hal. 15)
Beri Porsi yang Adil
Bukan berarti kita tidak boleh mempelajari ilmu dunia. Dalam satu kondisi mempelajari ilmu dunia bisa menjadi wajib jika memang belum mencukupi orang yang capable dalam ilmu tersebut. Misalnya di suatu desa belum ada dokter padahal sangat urgent sehingga masyarakat bisa mudah berobat. Maka masih ada kewajiban bagi sebagian orang di desa tersebut untuk mempelajari ilmu kedokteran sehingga terpenuhilah kebutuhan masyarakat.
Namun yang perlu diperhatikan di sini bahwa sebagian orang tua hanya memperhatikan sisi dunia saja apalagi jika melihat anaknya memiliki kecerdasan dan kejeniusan. Orang tua lebih senang menyekolahkan anaknya sampai jenjang S2 dan S3, menjadi pakar polimer, dokter, dan bidan, namun sisi agama anaknya tidak ortu perhatikan. Mereka lebih pakar menghitung, namun bagaimanakah mengerti masalah ibadah yang akan mereka jalani sehari-hari, mereka tidak paham. Untuk mengerti bahwa menggantungkan jimat dalam rangka melariskan dagangan atau menghindarkan rumah dari bahaya, mereka tidak tahu kalau itu syirik. Inilah yang sangat disayangkan. Ada porsi wajib yang harus seorang anak tahu karena jika ia tidak mengetahuinya, ia bisa meninggalkan kewajiban atau melakukan yang haram. Inilah yang dinamakan dengan ilmu wajib yang harus dipelajari setiap muslim. Walaupun anak itu menjadi seorang dokter atau seorang insinyur, ia harus paham bagaimanakah mentauhidkan Allah, bagaimana tata cara wudhu, tata cara shalat yang mesti ia jalani dalam kehidupan sehari-hari. Tidak mesti setiap anak kelak menjadi ustadz. Jika memang anak itu cerdas dan tertarik mempelajari seluk beluk fiqih Islam, sangat baik  baik sekali jika ortu mengerahkan si anak ke sana. Karena mempelajari Islam juga butuh orang-orang yang ber-IQ tinggi dan cerdas sebagaimana keadaan ulama dahulu seperti Imam Asy Syafi’i sehingga tidak salah dalam mengeluarkan fatwa untuk umat. Namun jika memang si anak cenderung pada ilmu dunia, jangan sampai ia tidak diajarkan ilmu agama yang wajib ia pelajari.
Dengan paham agama inilah seseorang akan dianugerahi Allah kebaikan, terserah dia adalah dokter, engineer, pakar IT dan lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037)
Ingatlah pula bahwa yang diwarisi oleh para Nabi bukanlah harta, namun ilmu diin. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah memperoleh keberuntungan yang banyak.” (HR Abu Dawud no. 3641 dan Tirmidzi no. 2682, Shahih)
Semoga tulisan ini semakin mendorong diri kita untuk tidak melalaikan ilmu agama. Begitu pula pada anak-anak kita, jangan lupa didikan ilmu agama yang wajib mereka pahami untuk bekal amalan keseharian  mereka. Wallahu waiyyut taufiq. (*)
Riyadh-KSA, 14 Rabi’uts Tsani 1432 H (19/03/2011)

Hidup itu Indah

Keluh, kesah, rasa kurang. Entah apa yang dipikirkan. Apakah merasa terlalu berat menjalani hidup ini?
Sayang sekali kalau ada yang berfikir demikian. Hidup ini Indah. Percaya deh, berikir positif aja.
Kalaulah ada masalah itu hanya sebuah proses pembelajaran yang mengantarkan kita pada kedewasaan.
Sudah selayaknya kita harus selalu mensyukuri hidup ini. Kenikmatan yang begitu banyak telah Allah Ta'ala berikan, banyak orang yang sayang kepada kita, banyak teman yang menghibur kita, dan masih banyak lagi pelengkap hidup ini.


Semoga saja kita dapat memanfaatkan hidup ini dengan baik. Untuk masa depan baik di dunia maupun di akherat. Allahumayasir.

Essay untuk Karya Salemba Empat

Beberapa hari yang lalu, saya mengikuti test Interview beasiswa Karya Salemba Empat. Do you know about Karya Salemba Empat Scholarship?
Bagi yang pengen lebih tau tentang ni beasiswa bisa gabung di Fbnya. Hmm, program ini lumayan bagus sih, selain dari sisi eknomi pada program ini ada berbagai pelatihan yang Insyaallah bisa memberikan efek positif pada pengembangan diri. Memang tidak mudah untuk bisa lolos seleksi. Harus memenuhi berbagai persayaratan, salah satunya essay. Berikut ini adalah essay yang saya bikin untuk melengkapi persyaratan beasiswa Karya Salemba Empat.


Keahlianku dalam Science dan Teknologi untuk Meningkatkan Peradaban Bangsa
Ar Rohim (08 /269985/PA/12160) Program Studi Fisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Kuliah merupakan suatu hal yang sangat dicita-citakan kebanyakan siswa termasuk siswa yang kurang mampu dari sisi ekonomi. Disisi yang lain pencitraan mahalnya biaya kuliah menjadi paradigma tersendiri bagi siswa yang kurang mampu, “orang miskin tidak layak kuliah”. Sangat banyak siswa yang berpotensi baik dalam kepemimpinan maupun akademik harus putus sekolah karena masalah biaya. Tidak jauh-jauh, di sekolah saya SMA Negeri 1 Gemolong angkatan kelulusan 2008 yang kuliah kurang dari 50% sedang berdasarkan prestasi lebih dari 50 % yang layak untuk kuliah. Hal inilah yang menjadi alasan saya untuk terus berprestasi karena memang kesempatan kuliah ini tidak didapatkan setiap orang, boleh jadi orang yang di luar (yang tidak menadapat kesempatan kuliah) lebih berpotensi dari saya. Kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Fisika Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada menjadi program studi yang saya pilih. Adapun alasan saya memilih program studi (prodi) fisika adalah
  1. Sesuai dengan keinginan
Segala sesuatu yang dilakukan atas dasar kecintaan maka akan berbuah manis dan terasa ringan. Atas dasar kecintaan terhadap fisika yang meskipun bagi sebagian siswa fisika itu momoknya siswa Ilmu Alam saya memilih program studi ini. Tidak hanya atas dasar suka, ada faktor lain yang menjadi pertimbangan saya kenapa memilih program studi fisika seperti kemampuan, prospek ke depan, kemanfaatan, dan masih banyak yang lain.
  1. Sesuai dengan kemampuan.
Saya memahami bahwasannya saya memiliki kemampuan dalam bidang fisika. Hal ini terbukti dengan nilai raport dan prestasi saya dalam olimpiade bidang fisika. Prestasi yang telah saya raih tidak menjadi penyebab saya harus menyepelakannya, “ tanpa belajarpun bisa” Bukan demikian, prestasi ini menjadi cambuk untuk terus belajar karena memang setiap manusia itu dilahirkan dalam keadaan bodoh, tidak tahu apapun. Salah satu metode untuk menjadi pandai adalah dengan belajar. Dengan masuk di program studi ini harapannya saya dapat mengembangkan basic ilmu yang saya miliki.
  1. Manfaat fisika
Ilmu fisika bisa dikatakan sebagai dasar dari ilmu teknik dan dasar dari teknologi. Melihat posisi fisika yang begitu penting baik dalam dunia pendidikan dan teknologi serta peradabana bangsa maka program studi fisika menjadi pilihan yang tepat bagi saya untuk bisa lebih bermanfaat dalam menjalani hidup.
  1. Physics is Foundamental of technology
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwasannya fisika menjadi dasar bagi perkembangan teknologi. Di Indonesia penghargaan terhadap fisikawan masih rendah sekali. Bukan berarti menyalahkan pihak pemerintah, sebagai seorang fisikawan saya harus instropeksi bahwa sumbang sih fisikawan di Indonesai masih bisa dikatakan sangat minim sekali. Oleh karena itu, melalui fisika ini saya ingin merubah pandangan dunia luar baik itu masyarakat maupun pemerintah bahwa fisika itu menjadi sesuatu yang penting untuk mendapat perhatian demi meningkatnya peradaban negara Indonesia.
Tidak dapat dipungkiri bahwasannya seorang mahasiswa itu butuh biaya baik itu biaya hidup maupun biaya untuk kelengkapan fasilitas belajar. Bukan berarti tidak bersyukur, keadaan ekonomi keluarga saya saat ini sedang labil. Biaya kuliah dan biaya hidup yang awalnya menjadi tanggung kini menjadi tanggungan saya sendiri. Untuk menopang biaya kuliah maka saya mengajukan beasiswa Karya Salemba Empat Tahun Akademik 2011 - 2012. Selain terbantunya sisi ekonomi, dalam beasiswa ini terdapat berbagai pelatihan dan kegiatan untuk mengembangkan diri baik diri sisi majerial diri, soft skill, komunikasi maupun kerjasama yang memperkuat alasan saya mengajukan beasiswa ini.
Fisika merupakan ilmu dasar, sehingga sangat disayangkan apabila hanya berhenti di strata satu. Fisika akan menjadi ilmu yang sangat bermanfaat apabila ada follow up dan aplikasinya. Pasca Sarjana saya berencana untuk kerja dengan pararel kuliah di Institut Teknologi Bandung jurusan Teknik Elektro. Teknik Elektro menjadi pilihan di S2 karena di Indonesia perlu adanya seorang programer yang handal dalam menganalisis fenomena alam baik itu untuk kepentingan antisipasi bencana maupun kepentingan peradaban negara melalui teknologi. Banyaknya teknologi yang lolos dari deteksi teknologi di Indonesia seperti gempa, gunung meletus, dan lain sebagainya menjadi alasan khusus kenapa harus memilih jurusan Fisika di S1 dan Teknik Elektro di S2. Fisika untuk mengasah kepekaan terhadap gejala alam sedangkan teknik elektro sebagai eksekusi akhir dari gejala alam yang teramati.

Kunjungan Industri dan Universitas 2011

Semster VI bisa dikatakan semeseter paling sibuk dalam 3 tahun kuliah di Jogja. Salah satu kesibukannya adalah mengurus masalah KI, ya itulah kata yang sering keluar dari anak-anak fisika FMIPA UGM dalam menyebut Kunjungan Industri dan Universitas. Tahun ini saya diamanahi sebagai ketua pelaksana, hmmm awalnya saya berfikir ini akan sangat berat, tapi dengan seirng berjalannya waktu maka KI ini sudah menjadi pelengkap dalam kuliah di Semester VI.

Nah, sekarang akan saya bahas dulu kenapa diadakannya KI. KI ini diadakan atas nama KFGama (Komunitas Fisika Gadjah Mada) mulai tahun 2010. Awal mula, KI ini dipegang oleh angkatan 2007 pada tahun 2010 . Sekarang KI dipegang oleh Fisika 2008 atas nama KFGama. Kenapa perlu KI? Menurut saya KI ini perlu untuk dilaksanakan karena seorang mahasiswa itu harus mengetahui dunia indsutri di mana ilmu mereka diaplikasikan. Satu alasan ini saya rasa sudah cukup. Rencananya kegiatan Kunjungan Industri dan Universitas 2011 ini akan dilaksanakan pada 24 Mei s/d 28 Mei 2011. Adapun tujuan nya adalah sebagai berikut:
1. PT. Coca Cola
2. BPPT
3. PT. Indonesia Power
4. Kick Andy
5. PT. Dirgantara Indonesia
6. ITB
7. PT.PINDAD
8. Tangkuban Perahu
9. Jalan-jalan

Hahahahaha, sepertinya kegiatan ini akan menjadi kegiatan paling menyenangkan di akhir bulan mei. Semoga saja begitu. Yang jelas setelah kegiatan ini maka amanah saya akan hilang satu dan saatnya menerima amanah lain yang lebih bermanfaat dan lebih menyenangkan.

Hmmm, semoga acaranya lancar dan kita semua mendapat ilmunya. Amin

Belajar dari SP2MP

Tulisan seperti gambar disamping  yang membuat saya gabung bersama SP2MP. Apa itu SP2MP????? SP2MP berkepanjangan  Sahabat Percepatan Mutu Pendidikan merupakan program dari Subdirektorat Peningkatan Pertumbuhan Kepemimpinan Berkualitas (PPKB) Direktorat Kemahasiswaan UGM yang salah satu tujuannya untuk menembangkan kepribadian dan jiwa kepemimpinan. Ya, SP2MP 2010. Saya termasuk mahasiswa SP2MP angkatan 2010. Banyak hal yang saya dapatkan dari program ini, teman - teman yang hebat, percaya diri, dan memiliki mimpi yang besar. dari SP2MP ini saya banyak belajar tentang arti pengembangan diri, merubah pandangan bahwa untuk mencapai sebuah kesuksesan tidak hanya cakap dalam bidang akademik melainkan kepribadian yang OK dan mandiri. Special Management Skills (SMS) dan  Attitude Thinking Skills (ATS) menjadi bagian dari program SP2MP. Terimakasih kepada pihak UGM dan segenap pengurus PPKB yang telah memberikan pelatihan untuk mencetak pemimpin yang cerdas dan bijak.
Ada yang bilang bahwa SP2MP itu anaknya rektorat yang musti nurut dengan apa yang jadi keinginanan rektorat. Tapi sebagai mahasiswa SP2MP yang bersifat netral saya berpendapat bahwa hal ini tidaklah benar, memang benar bahwa semua kegiatan SP2MP menjadi bagian dari program rektorat tapi kita tengok lagi tujuan diadakannya program ini " Membentuk Pemimpin Massa Depan" . Banyak hal yang perlu dikaji sebelum mengatakan perkataan tersebut.
Kembali ke SP2MP, untuk masuk sebagai peserta SP2MP tidaklah mudah. Harus menyisihkan beberapa mahasiswa lainnya. Selain ber IPK di atas 3.00 terlibat dalam minimal satu organisasi menjadi salah satu pelengkap syarat administrasi selain harus ikut FGD (focus Group Discussion) dan Interview. Hahahaha, saat itu saya hanya bisa jawab hmmmmm, ketika di tanya "apa kepanjangan SP2MP mas?" oleh pak Rozaq. yah, meskipun pertanyaan di awal tak terjawab saya berusaha melibas semua pertanyaan berikutnya. Begitu juga saat FGD saya asal ngomong aja, yang penting bisa unjuk gigi aja :D

Entah kejebur atau memang sudah rizki saya untuk diterima sebagai mahasiswa SP2MP. Bertenman dengan mahasiswa perwakilan dari 18 Fakultas Univeristas Gadjah Mada menjadi pelengkap manisnya SP2MP. Bayangin aje, orangnya pinter-pinter terlebih anak sosial yang selalu angkat tangan ketika disuruh memberi komentar saat ada kasus (studi kasus). Terkadang minder juga sih bertemu dengan mereka.:D
"Witing Tresno Jalaran Soko Kulino" ungkapan jawa ini membenarkan apa yang saya rasakan. Akhirnya sayapun juga bisa mengikuti mereka meskipun diawal harus dipaksa oleh keadaan.
Mulai dari berbicara di depan umum, pemecahan masalah, berfikir kritis, sampai eksekusi tindakan diajarkan kepada kami.

Saya kangen dengan keadaan itu, di mana kita saling berdiskusi dan unjuk gigi satu sama lain untuk menjaga keesisasn. Hahahahaha

Semoga kita semua menjadi lebih baik.....

Maju Terus Bung | Hanya Sebuah Transisi

Penat, Bosen, kurang greget, dan bla-bla. Mungkin hal inilah yang dirasakan sebagian mahasiswa termasuk saya :D . Parah kan... Ya inilah realita mahasiswa zaman sekarang "mlaku ngalor ngidul sak penake dewe". Terlebih para fisikawan UGM entah apa yang terjadi ada sebagian yang merasa eneg dengan FISIKA (#semoga tidak termasuk anda. hehehehe). Kalau menurut saya, rasa  Penat, Bosen, kurang greget, dan bla-bla itu dapat muncul karena banyak faktor:

Faktor pertama : rutinitas artinya, secara psikologi manusia itu cenderung bosan dengan hal yang dilakukan secara terus menerus tanpa ada suatu inovasi yang baru dan tepat.
Faktor kedua: lelah, mahasiswa yang super duper (hahahaha, sitilahnya aneh), yang sibuk dengan rapat, kerja, ngajar, dll terkadang kelelahan dengan aktivitas yang dilakukan sehingga hari-hari yang dilalui menjadi kurang menarik karena stamina yang down. Kalau ini terjadi secara terus menerus maka rasa Penat, Bosen, kurang greget, dan bla-bla lah yang akan muncul.
Faktor ketiga : semangadh down, hahahahhahahahahaaha. Kenapa kok bisa down atau bahkan hilang semangatnya? Mungkin belum tau akan manfaat aktivitas yang dilkukan sekarang sehingga ia merasa bahwa yang dialkukan sekarang itu hanyalah sia-sia.

Sepertinya ketiga faktor ini cukup mewakili, bagaimana menurut saudara-saudara? :D
Setelah masalah diidentifikasi mari dicari solusinya....
Solusi pertama: Berikan inovasi atau gebrakan dalam kegiatan sehari-hari, maksudnya jangan biarkan hari-hari kita dilalui dengan hal yang sama secara terus menerus tanpa ada jeda sama sekali. Sekali -kali melakukan hal yang mengispirasi untuk tetap semangadh... Contohnya apa? Misalkan saja mahasiswa, kalau hari-harinya hanya dihabiskan dengan kuliah, ngerjain tugas, dll maka suatu saat akan ditemui titik kebosanan dan kejenuhan. Untuk menagntisipasi atau menanggulanginya ya sekali kali kunjung ke univ lain, atau kuliah lapangan atau ikut kegiatan lain (yang bermanfaat) yang tidak biasanya diikuti.
Solusi kedua: berikan hak badan untuk istirahat, mungkin massa muda adalah massa yang paling menggebu-gebu atau lagi semangadh-semangadhnya tapi ingat disatu sisi bahwa tubuh kita juga butuh istirahat. Tentunya temen-teme sudah tau donk apa aja itu hak tubuh... Hehehehehehe
Solusi ketiga: bikin life maping, Insyaallah ini akan sangat-sangat membantu dalam meraih apa yang kita cita-citakan. Kita akan senantiasa terpacu untuk terus semangadh dan melakukan yang terbaik.

Semoga tulisan ini dapat menginspirasi kita semua (termasuk saya :D). Hoohohohohohoho

"Nak ini hanya proses dari hidup, percayalah bahwa anda akan menjadi orang yang berkualitas asalkan ada kemauan dan kemapuan"

Rumah Sederhana nan Barokah

Rumah, satu hal yang sangat-sangat penting untuk dimiliki. Rumah yang fungsinya tidak hanya sebagai tempat istirahat namun sebagai pusat aktivitas sehari-hari. Karena di sinilah tempat sang buah hati dibesarkan dan tempat bagi orang tua melewati massa - massa bahagianya....
Ya ya ya, rumah sederhana nan barokah. Sesuatu yang ingin saya miliki kelak. Tinggal bersama sang istri tercinta ditemani sang buah hati... Eitsss... Jangan terlalu panjang angan. Hohohohohohoho :D
Sebagai motivasi diri aja untuk terus berkarya. Rumah sederhana, tidak terlalu mewah aka tetapi serba cukup dan nyaman untuk ditinggali. Bercampur kasih sayang sang anggota keluarga. Terciptanya generasi rabbani. So, jangan diam aja. Belajar dan bekerja dengan keras... Tuntut ilmu din kemudian ajarkan kepada sang anak.

Wua.. Kok nyampe anak segala? Meskipun kita-kita masih jomblo yang hidup kaya raya dengan apa yang disuka (alay) kita harus ada persiapan. Tentunya temen2 semua sudah tahu donk apa yang musti disiapkan...

Yups, sederhana. Sederhana bukan berarti kampungan dan bukan berarti pula elegant. Sederhana itu sesuai dengan kebutuhan dan tidak berlebihan. Bisa dibilang sederhana.

Barokah, kenapa memilih barokah? Ya barokah.... Hidup dengan penghasilan yang barokah dan dengan anak yang penuh dengan barokah. Barokah itu akan membawa kenyamanan dan ketentraman. Percaya kan?


Kalau saya milih sederhana nan barokah, how about you?

Back to "KAMPUS" | karena kuliah itu penting

Seharian keluar dari kost, pulang dengan keadaan lusuh, muka acak-acakan, bau badan, brrrr..... Dalam hati kemudian bertanya : " Apakah yang kamu lakukan hari ini?, Apakah capekmu hanya untuk main-main saja atau kegiatan yang tidak jelas?"

Yah, Back to KAMPUS kata yang tepat untuk saya.. Semester IV, dan sudah ada dua angkatan yang memanggil saya dengan kata depan "MAS". Serasa umur ini sudah tua :D . Ini adalah tahun ke - tiga saya kuliah di Fisika, rasanya belum ada prestasi yang bisa saya banggakan (bukan berarti tidak bersyukur). Bagaiamana dengan anda? Semoga saja tidak demikian.

kembali ke "back to kampus". Skripsi di depan mata namun tema yang mau diangkat belum jelas, dosennya pun juga belum jelas. Aduh2...
Setelah merenung akhirnya saya menyadari bahwa ternyata saya telah jauh keluar dari dunia perkuliahan... lama tidak fokus kuliah, ngerjain tugas, dan ngerjain laporan. Ada apa gerangan? Apakah faktor usia atau apa?

Hmmm, spekulasi saya mungkin ini faktor "keadaan" yang menuntut diri saya lebih berkualitas. Yups "BERKUALITAS". Berkualitas dalam hal akademik, kepribadian, diplomasi, maupun komunikasi. Kita bisa lihat dikampus kita masing-masing.... Ada banyak sekali tipe mahasiswa, ada yang study oriented, ada yang menganggap IP tidak penting, ada yang sibuk kerja, ada yang hanya sibuk maen, dan ada yang lain-lain. Well, itu adalah pilihan. Yang jelas pasca sarjana kita diharapkan mampu menjadi insan yang mampu memberikan sumbang sih terutama dalam hal ilmu yang kita tempuh kepada masyarakat.
Okay, selain kuliah ternyata selama ini saya disibukkan dengan ngajar, kerja, kepanitiaan, dan "Kemalasan",... hehehehehe
Tapi tak mengapa karena saya optimist bahwa harapan itu masih ada. Ya untuk mengantisipasi terjadinya penurunan IP ya kita harus meluangkan waktu 1 s/d 2 jam setiap harinya untuk belajar. Percayalah bahwa IP itu penting. Tapi jangan menghalalkan segala cara untuk meraih IP itu. Dan kalau misalkan IP kita masih di bwah standart, percayalah BAHWA KITA BISA.
Sekarang pembicaraannya fokus ke kemampuan akademik, untuk meningkatkan kemampuan akademik ya tentunya kita harus belajar baik itu di KOSt an maupun di kampus. Ilmu akan cepat masuk kalau ada katalistnya, dalam dunia perkuliahan yang bertugas sebagai katalist adalah dosen ataupun teman kita. So, jangan sungkan bertanya kalau kita tidak faham dengan materi yang diajarkan.

Nah, untuk diri saya sendiri mulailah belajar dengan khusyuk nak... :D
Fokus dan optimislah.... karena kuliah itu penting.

Manfaatkan massa-massa kuliahmu karena tidak semua orang berkesempatan untuk kuliah.

Admin

Ar Rohim
Biasa dipanggil rohim. Ya, saya hanyalah mahasiswa biasa yang ingin menjadi luar biasa. Kuliah di Fisika Universitas Gadjah Mada angkatan 2008. Lahir di Sragen, 13 Mei 1990.

Kesibukan saya
Selain disibukkan kuliah saya juga mendapat amanah sebagai General Manager Mitra Management Sunday Morning... Ngajar Matematika dan Fisika, dan sebagai direktur publikasi dan kreatif Brilliant's College Management, bimbing Olimpiade Sains Nasional. Udah itu aja. Selebihnya hanya belajar, menuntut ilmu agama, Ngeblog, tidur, dan maen.

Status
hahahaha. Saya masih jomblo, jomblo yang kaya hidup bebas dengan apa yang saya suka.

Cita-cita
Kayak apa aja musti ada cita - citanya. hahahahaha. Tapi memang cita-cita itu perlu dan penting.
Dari Sisi kemampuan 
saya ingin menjadi insan yang faham akan agama, hidup berkecukupan, dan menguasai teknologi.
Dari Sisi Kemanfaatan
Ya, harapan terbesar saya adalah mempunyai yayasan pendidikan berbasis agama dan mempunyai perusahaan dengan karyawan lebih dari 3000. Allahuma yasir. Kenapa demikian? yang jelas saya ingin menjadi diri yang bermanfaat untuk orang lain. melalui pendidikan saya ingin anak bangsa ini menjadi anak yang cerdas dan melalui perusahaan ini saya ingin kesejahteraan warga negara Indonesia terangkat.

Perlu usaha yang keras untuk meraihnya... Semoga dimudahkan. Amin
salam ukhuwah....

Kibarkan Bendera Prestasi

Berprestasi, kata yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Kata inilah yang ingin diraih oleh setiap manusia. Setiap dari kita telah dibekali dengan kelebihan dan kekurangan. Maka tidak ada kata tidak mungkin untuk bisa berprestasi.

Sebelum melangkah lebih jauh. Kita tengok dulu apa yang dimaksud dengan prestasi, menurut kamus bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yg telah dicapai (dr yg telah dilakukan, dikerjakan, dsb).
Berprestasi tidak hanya dalam hal akademik saja melainkan dalam semua bidang misalnya, seorang bapak yang telah mencari nafkah untuk keluarga, seorang anak yang berbakti kepada orang tua, dan seorang guru yang telah berhasil mencerdaskan siswa-siswanya serta masih banyak hal lainnya. Itu semua termasuk prestasi...

Sebaian orang berfikiran bahwa dirinya tidak bisa berprestasi, maka segera tinggalkan pemikiran ini karena memang kita pasti mempunyai kelebihan dan bekal untuk meraih apa yang menjadi cita - cita.

Di manapun dan kapanpun kita berada, kita memiliki peluang untuk berprestasi. Salah satu cara untuk meraih prestasi disegala bidang adalah dengan melakukan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan menanamkan pada diri bahwa setiap yang kita lakukan itu PENTING .

Perkataan salah satu teman saya, Gunawan Saputro : " Berprestasi itu tidak harus dibangku sekolah, dalam dunia kerja dan masyarakatpun kita bisa berprestasi"
Kemudian ketika kita telah jatuh, maka bukan berarti kita telah kalah. Ini adalah proses untuk mencapai keberhasilan karena memang keberhasilan itu akan terasa berhasil ketika diiringi dengan asam manis perjalanan.
Perkataan salah satu teman saya, Maarif : "Ketika kita tidak pernah berada dibawah maka kita tidak akan bisa merasakan indahnya rerumputan"


Kibarkan bendera prestasi....

  Copyright © rohim

Alangkah beruntungnya Kita | Seharusnya malu

Terlihat seorang ibu tua ditemani hembusan angin malam yang mencekat dan gerimis tipis di dini hari.  Tidur  bersama anaknya dengan pakaian lusuh di jl KH Ahmad Dahlan, depan PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Sekitar jam 02.00 WIB saya terpaksa keluar untuk mencari makan. Rasa lapar yang sudah tak terbedung lagi (lebay) membuat saya untuk keluar.  Kebetulan kost saya dekat dengan alun - alun utara maka dini hari itu saya memutuskan untuk keluar cari makan di depan PKU Muhammadiyah karena jarak terdekat dari tempat makan yang masih buka ya di situ. Hujan tipis tak menghalangi saya untuk keluar. Terus berjalan sepanjang trotoar jalan KH Ahmad Dahlan. Tersentak ketika melihat sekitar 5 orang yang tidur di depan toko yang berada di jalan KH Ahmad Dahlan. Terlihat seorang ibu tua ditemani hembusan angin malam yang mencekat dan gerimis tipis di dini hari.  Tidur  bersama anaknya dengan pakaian lusuh di jl KH Ahmad Dahlan, depan PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Sangat tersentuh sekali ketika melihat hal tersebut. Bahkan  salah seorang diantara mereka masih ada yang menganggukkan kepala ketika saya menatapnya. Entah apa yang membuat beliau belum tidur. Spekulasi saya mungkin rasa dingin dan sedikit becek yang membuat beliau belum tidur. Disampingnya terlihat seorang ibu bersama anaknya yang tertidur lelap sambil membungkukkan (menekukkan) badannya ke atas. Terfikir :
"kenapa saya terkadang masih terlalu santai dengan berbagai peluang bahkan terkadang melewatkannya, seharusnya saya malu kepada mereka...... Mungkin kalau mereka dalam keadaan seperti saya, mereka akan jauh lebih baik dari saya."
Tidak menuduh pemerintah yang belum tentu tidak respon dengan keadaan seperti ini, akan tetapi saya melihat dari sisi semangadh bertahan dan malu. Fasilitas yang saya dapatkan seharusnya memotivasi untuk menjadi lebih baik hingga suatu saat bisa merubah keadaan. Tidak ada yang seperti mereka lagi karena saya tahu bahwa hal itu sangat sanagt tidak mereka inginkan. Dari sinar matanya mereka ingin sekali dapat merasakan tidur ditempat yang beratap genting, tidak becek ketika hujan turun dan mempunyai rumah yang dijadikan pusat aktivitas kesehari - hari. 


Tidak ada pekerjaan tetap, jangankan untuk beli pakaian... Untuk makan esok hari saja pasti mereka masih bingung. Alhamdulillah, kata yang seharusnya sering keluar dari mulut kita. Kita tidak kekurangan makan, tidur dengan nyenyak, danpula belajar dengan nyaman. Sebagai mahasiswa seharusnya saya mampu mengambil peluang - peluang yang ada. Bukan malas mengerjakan tugas , atau bahkan sering bolos kuliah.... Seharusnya malu...
Semangadh Semangadh Semangadh and be better....

sumber gambar : google.com
Semoga menjadi diri yang lebih baik dan semoga suatu saat bisa merubah keadaan. Amin
Allahuma yasir....

Copyright © rohim